Jumat, 02 Januari 2009

NAGA BUDAYA GREBEG SINGHASARI
















“Grebeg Singhasari” secara harafiah diambil dari istilah Jawa Kuna “grebeg” atau “gerebeg” yang memiliki makna derap banyak kaki yang bergemuruh (Zoetmulder, 1995:309). Dalam konteks ini, arti kata “Grebeg” menunjuk arti pada kerahan masa untuk menghadiri suatu acara. Istilah Grebeg Singhasari digunakan untuk menyemarakkan peringatan dan perayaan “Hari Ulang Tahun (Hari Jadi) Kabupaten Malang”.Sengaja dipakai nama “Singhasari”, bukan nama “Singosari”, Singhasari adalah nama arkhais, yang semenjak tahun 1254 M digunakan untuk menamai ibu kota kerajaan Tumapel, dan kemudian populer untuk menamai kerajaan ini. Singhasari adalah “ikon (icon)” bagi Malang Raya, yang bukan saja amat dikenal di Nusantara, namun juga tenar di jagad internasional. Pada masa lalu nama ini dipakai sebagai nama kerajaan besar, yang tampil sebagai kerajaan otonom (1222- 1292 M), dan selanjutnya menjadi nama kerajaan vasal Majapahit (1293-1527 M). Sebagai kerajaan dan sekaligus pusat kebudayaan, Singhasari merupakan pusat peradaban pada jamannya, menjadi simbol kebanggaan akan kejayaan masa lalu bagi warga daerah Malang untuk masa sekarang dan mendatang, dan sekaligus merupakan jati dirinya. Oleh karenanya cukup alasan buat menamai perhetalan budaya di Kabupaten Malang.Oleh karenanya, “Grebeg Singhasari” secara khusus dirancang untuk melestarikan seni-budaya asli daerah dan menambah khasanah aset pariwisata dalam rangka menggeliatkan dunia pariwisata yang sedang lesu akhir-akhir ini. Selain itu, Acara Grebeg Singhasari ini juga difungsikan oleh kalangan masyarakat, pengusaha dan pemerintah untuk ajang informasi dan promosi industri pariwisata.

Tidak ada komentar: